Kinerja Emiten Pelayaran di Indonesia Sepanjang 2024 Masih Positif

Kinerja Emiten Pelayaran di Indonesia Sepanjang 2024 Masih Positif

Kinerja sektor pelayaran hingga September 2024 masih terbilang. Hal ini dapat dilihat dari kinerja sejumlah emiten pelayan sepanjang periode Januari-September 2024 yang menunjukkan kinerja yang sangat bagus.

Emiten operator kapal dan tongkang PT Wintermar Offshore Marine Tbk. (WINS) mencatatkan laba operasi kuartal III-2024 meningkat dua kali lipat menjadi US$11,8 juta (Rp186,10 miliar) atau naik 127,1% secara tahunan atau year on year (yoy) dari US$5,2 juta (Rp82,01 miliar). Mengutip keterangan perusahaan yang diterima Redaksi Shipowners Magazine, peningkatan itu didorong kontribusi dari tarif sewa yang lebih tinggi atas kapal DP dan telah mulai beroperasinya kapal-kapal tambahan. Laba Bersih teratribusi yang mencakup keuntungan dari penjualan kapal melonjak 603,57% yoy menjadi US$19,7 juta atau sebesar Rp310,70 miliar per akhir September 2024.

Pada segmen Kapal Milik, Pendapatan meningkat sebesar 36,7% yoy menjadi US$45,0 juta pada sembilan bulan pertama tahun ini, naik dari US$33,0 juta setahun sebelumnya. Pertumbuhan ini didorong oleh berlanjutnya peningkatan tarif sewa OSV, terutama pada segmen high tier.

Laba Kotor dari divisi Kapal Milik melonjak sebesar 124,7% yoy menjadi US$15,5 juta pada kuartal III-2024, dibandingkan dengan US$6,9 juta pada periode yang sama tahun lalu. Dengan tarif sewa rata-rata 23,1% lebih tinggi pada kuartal III-2024 dibandingkan dengan setahun sebelumnya. 

Sementara utilisasi kapal sedikit meningkat dari 65% pada September 2023 menjadi 67% pada di periode yang sama tahun ini. Total Pendapatan naik 20,1% yoy menjadi US$61,5 juta dengan Total Laba Kotor sebesar US$18,4 juta naik 81,2% yoy pada sembilan bulan pertama tahun ini.

Sementara itu, Emiten pelayaran Grup Humpuss milik Tommy Soeharto PT GTS Internasional Tbk. (GTSI) menorekhkan kinerja moncer sepanjang kuartal III/2024 usai membukukan kenaikan pendapatan dan laba bersih.  Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2024, yang dikutip Selasa (29/10/2024), GTSI melaporkan pendapatan usaha sebesar US$23,71 juta atau setara dengan Rp359,09 miliar (kurs jisdor Rp15.144 per dolar AS).

Capaian tersebut naik 39,53% year on year dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$16,99 juta.  Pendapatan usaha GTSI ditopang oleh pelanggan pihak ketiga sebesar US$23,65 juta dengan jasa sewa kapal paling banyak adalah gas alam cair.

Bisnis menulis, pendapatan dari pihak berelasi hanya sebesar US$58,19 ribu. Seiring dengan meningkatnya pendapatan, beban pokok perseroan sepanjang kuartal III/2024 juga meningkat 37,43% menjadi US$14,89 juta dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$10,83 juta.

Setelah dikurangi berbagai macam beban yang dapat diefisiensikan, GTSI membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk senilai US$6,07 juta atau setara Rp92,01 miliar. Laba bersih tersebut naik 14,51% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya senilai US$5,30 juta.

Di sisi lain, GTSI membukukan total liabilitas sebesar US$46,18 juta atau turun dari posisi Desember 2023 yang tercatat sebesar US$46,18 juta. Rinciannya liabilitas jangka panjang tercatat sebesar US$31,61 juta dan liabilitas jangka pendek sebesar US$14,56 juta. 

Adapun, ekuitas GTSI sepanjang 9 bulan 2024 tercatat naik menjadi US$66,71 juta, dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu sebesar US$61,63 juta. Kemudian total aset GTSI juga terpantau meningkat menjadi US$112,89 juta dibandingkan raihan kuartal III/2023 sebesar US$107,84 juta.

Di sisi lain, emiten sektor transportasi PT Pelayaran Tamarin Samudra Tbk (TAMU) mengajukan penjualan aset pada Kamis, 3 Oktober 2024. Penjualan aset ini dilakukan untuk mengurangi beban utang atau kewajiban perseroan. Aset yang dijual yaitu satu unit Kapal Accomodation Work Barge (AWB) Petroleum Superior kepada PT Pertamina Trans Kontinental.

Direktur TAMU Edi Purwanto mengungkapkan bahwa transaksi jual beli kapal antara perseroan dengan PT Pertamina Trans Kontinental telah dilaksanakan berdasarkan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) Kapal Accomodation Work Barge (AWB) Petroleum Superior tanggal 18 April 2024. dan penandatanganan Akta Jual Beli pada tanggal 27 September 2024.

Adapun nilai jual yang disepakati sebesar USD 13,78 juta atau sekitar Rp 215,9 miliar. "Nilai jual dalam transaksi yang disepakati oleh Perseroan dengan PT Pertamina Trans Kontinental adalah sebesar USD 13.788.000," kata Edi Purwanto dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Minggu (6/10/2024).

"Penjualan satu unit Kapal milik Perseroan kepada PT Pertamina Trans Kontinental," ungkap Edi. Dalam keterbukaan informasi terpisah, TAMU dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) juga menyepakati restrukturisasi kredit perseroan yang tetap berakhir pada Desember 2026.

"Perseroan dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk telah menandatangani restrukturisasi kredit Perseroan yang tetap berakhir pada Desember 2026 dengan merubah jumlah pembayaran pokok dan bunga setiap bulannya," bebernya.

"Dengan restrukturisasi utang ini, cash flow perseroan akan lebih membaik, sehingga kegiatan operasional perseroan dapat berjalan lancar dan diharapkan akan menjaga kestabilan pendapatan usaha perseroan. Dengan begitu, kelangsungan usaha perseroan akan berkelanjutan," jelas Edi. AJ

  

  • By admin
  • 10 Nov 2024
  • 119
  • INSA