Sektor Pelayaran Memulai Tahun 2024 dengan Optimistis

Sektor Pelayaran Memulai Tahun 2024 dengan Optimistis

Sektor angkutan laut memulai tahun 2024 dengan aura yang positif. Hal itu terlihat dari pergerakan perusahaan pelayaran yang melantai di Bursa Efek Indonesia.

PT Trans Power Marine Tbk (TPMA), salah satu emiten pelayaran Indonesia menyiapkan sejumlah agenda bisnis di tahun ini agar bisa mencetak pertumbuhan bisnis dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Direktur PT Trans Power Marine Tbk Rudy Sutiono menyampai, Manajemen TPMA mengincar kenaikan pendapatan maupun laba sebesar 10%-15% di tahun 2024. Optimisme ini sejalan dengan realisasi kinerja TPMA yang diklaim sudah sesuai dengan ekspektasi perusahaan. “(Kinerja bisnis) bertumbuh 10%-15% harapannya,” ungkap Rudy seperti dikutip dari situs berita Kontan.

Sebagai agenda bisnis di tahun ini, TPMA berencana untuk menambah jumlah armadanya. Jika diperinci, tahun ini rencananya TPMA akan menambah dua armada tug boat dan empat tongkang.

Adapun, anggaran belanja modal atau capital expenditure (Capex) yang disiapkan berkisar US$ 20 juta untuk tahun 2024. “Seperti disebutkan tahun lalu sekitar US$ 20 juta untuk beli armada dan docking rutin,” jelasnya.

Di sisi lain, Manajemen TPMA memandang prospek industri di tahun ini tetap menjanjikan, salah satunya didukung oleh rencana produksi batubara Indonesia di atas 700 juta ton per tahun. “Selain itu banyak komoditi lain seperti batu split, pasir silika, yang bisa diangkut,” tandas dia.

Sementara itu, emiten pelayaran PT Pelayaran Nasional Ekalya Purnamasari Tbk (ELPI) berencana mengalokasikan dana Capital expenditure (capex) sebesar Rp 1 triliun untuk pengadaan kapal-kapal baru guna menjangkau pangsa pasar di luar Indonesia.

Alokasi capex tersebut akan digunakan untuk menambah 7 armada kapal baru untuk memenuhi permintaan kapal pendukung offshore baik yang beroperasi di domestik maupun untuk memenuhi kebutuhan pasar internasional khususnya di Asia Tenggara.

Melalui keterangan resmi, Chief Operating Officer ELPI Dave Ritandhaka mengatakan, per Februari ELPI akan memulai proyek penunjang rig lepas pantai yang digunakan oleh perusahaan minyak Malaysia Sarawak Sabah Shell dengan durasi 2 tahun. "Dimungkinkan juga kami segera dapat beroperasi di Sabah karena kami melihat potensi pasar untuk pekerjaan drilling & support offshore service sangat besar." Imbuh Dave.

Selain pengadaan kapal, ELPI juga berencana melakukan pengadaan satu kapal melalui entitas anak perusahaan yaitu PT Samudra Luas Sejahtera Abadi (SLSA). Kapal yang akan ditambah berjenis Carrier yaitu Mother Vessel Supramax untuk pemuatan cargo. 

PT Pelayaran Kurnia Lautan Semesta Tbk (KLAS) menyiapkan alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp184,18 miliar untuk tahun ini. Besaran tersebut akan digunakan untuk sejumlah agenda bisnis tahun ini.

Direktur Utama KLAS Kurnyatjan Sakti Efendie mengatakan, pihaknya menyiapkan capex senilai Rp184,18 miliar tahun ini. Rinciannya, sebanyak Rp48,9 miliar akan menggunakan dana Initial Public Offering (IPO) dan Rp135,28 miliar berasal dari bank.

Anggaran capex tersebut akan digunakan pembelian untuk aset kapal tunda atau tugboat sebanyak 4 unit dan kapal tongkang sebanyak 4 unit. Capex juga akan digunakan untuk menyelesaikan sarana dan prasarana pemurnian pasir milik anak usaha KLAS, yakni PT Karya Cipta Lahanindo.

Sebelumnya, sepanjang 2023, KLAS menyerap capex Rp 48,9 miliar. Capex tahun lalu digunakan oleh anak usaha KLAS yakni PT Karya Cipta Lahanindo.

"Kenaikan belanja modal tahun ini merupakan upaya kami meningkatkan performa bisnis, sehingga akan berdampak pada kenaikan pendapatan tahun ini," kata Kurnyatjan.

Sementara itu, PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) memproyeksikan 2024 akan menjadi tahun yang menantang bagi industri pelayaran peti kemas secara global. Tetapi masih ada peluang yang bisa dimanfaatkan. Direktur Utama Samudera Indonesia Bani Maulana menuturkan salah satu kendala yang dihadapi adalah kombinasi jadwal datangnya suplai kapal-kapal baru di dunia. 

"Serta volume peti kemas global yang masih oversupply space sehingga menekan freight rate atau tarif jasa angkutan kapal ke bawah," kata dia kepada Kontan kemarin.

Di samping itu, Bani masih memiliki pandangan optimistis akan potensi dan peluang industri peti kemas di tahun ini. Dia menyebut dinamika global masih akan silih berganti. "Kondisi terakhir faktor geopolitik menyebabkan disrupsi atas jalur pelayanan dunia akan mendorong freight rate naik ke atas," tutur Bani.

Pasalnya, tensi geopolitik kian memanas dan yang paling panas ada di Laut Merah. Bahkan, Amerika Serikat (AS) dan Inggris dikabarkan akan melancarkan serangan terhadap milisi Houthi di Yaman. 

Ketegangan ini membuat perusahaan pelayaran dunia harus mengalihkan rute pelayaran Asia-Eropa dari Laut Merah. Kapal-kapal kargo itu terpaksa memutar ke Tanjung Harapan, Afrika Selatan. Bani menilai tensi geopolitik itu sejauh ini masih berdampak positif bagi industri pelayaran. Konflik di Laut Merah ini mendorong freight rate menjadi lebih tinggi.

Sebagai gambaran, indeks yang melacak tarif peti kemas di delapan rute pengiriman utama di seluruh dunia, Indeks Kontainer Dunia Drewry menguat 15% menjadi US$ 3.074 per unit 40 kaki dalam sepekan terakhir.

Meski diwarnai sentimen global, SMDR masih akan tetap menambah kapal. Bani mengatakan untuk tahun ini, minimal SMDR akan menerima 12 unit kapal anyar. Rinciannya, enam kapal peti kemas, dua kapal gas tanker, dua kapal tunda, dua kapal tongkang. Namun tidak menutup kemungkinan untuk SMDR tetap menambah kapal di luar 12 kapal itu. "Masih ada kapal-kapal yang sedang dikaji dan masih mungkin bertambah di 2024," ucap Bani.

Sejalan dengan itu, SMDR telah menyiapkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar US$ 280 juta. Anggaran itu akan dipakai untuk investasi kapal baru hingga proyek lainnya. "Anggaran ini bukan hanya untuk investasi kapal saja, tapi juga ada rencana penambahan pelabuhan dan galangan serta proyek lainnya,“ katanya.

  • By admin
  • 24 Feb 2024
  • 1700
  • INSA